Menjelajahi Hawker Center



Ini versi asli dari tulisan tentang makanan jalanan Singapura yang dimuat di U-Mag edisi Juni 2009. Versi profesionalnya--setelah diedit Mbak Mardiyah--jauh lebih bagus dari ini, kalo mau beli majalahnya! Hari Senin, 1 Juni 2009 udah ada di lapak.

Selamat menikmati oleh-oleh dari Om Punto!
Menjadi pembawa acara The Thirsty Traveler adalah pekerjaan impian, begitu menurut iklan acara televisi yang ditayangkan di saluran Travel & Living dari Discovery Channel tersebut. Sangat beralasan, karena Kevin, si pembawa acara itu kerjanya hanya keliling dunia untuk mabuk, mencoba berbagai minuman dari Alaska sampai Trinidad. Dari sake di Jepang sampai vodka di Rusia. Dan dia digaji untuk melakukan itu semua.

Ada lagi acara yang menawarkan pekerjaan sejenis, tapi lebih menantang: mencicipi makanan-makanan yang dianggap aneh. Andrew Zimmern, pembawa acara Bizzare Foods diterbangkan ke pasar-pasar becek di seluruh dunia untuk mencoba ginjal unta di Ethiopia atau nadi sapi rebus di Bolivia. Memang perlu perut baja untuk menjadi seperti Andrew, tapi tetap saja menarik dan bisa keliling dunia gratis, dibayar pula.

Sebagai karyawan kantoran, pekerjaan-pekerjaan di atas memang hanya impian bagi kita. Wisata kuliner sehari-hari yang bisa kita lakukan paling-paling menjelajahi para pedagang makanan di sekitar kantor. Gado-gado, ketoprak, somay, atau soto menjadi pilihan. Paling banter mencoba kafe baru di mal saat makan siang.

Bosan dengan steak mahal di mal wangi atau jemu dengan nasi goreng berminyak banyak dari gerobak yang diparkir di gang kecil samping kantor? Mau merasakan jadi seperti Kevin, Andrew, atau Pak Bondan, tanpa mengganggu pekerjaan dan kantong?

***

Ambillah cuti satu hari saja, kita akan ke Singapura. Tapi kenapa Singapura? Alasan pertama adalah karena relatif murah. Kedua, walaupun hanya berjarak satu setengah jam penerbangan dari Jakarta, Singapura tetap dihitung luar negeri. Alasan terpentingya adalah makanan di sana tidak terlalu akrab dengan lidah kita, itu yang membuat kita merasa seperti para petualang di acara-acara televisi di atas.

Untuk mendapatkan tiket murah pesanlah paling tidak tiga minggu sebelumnya melalui Internet. Pilih penerbangan antara Senin sampai Kamis, dan hindari akhir pekan yang mahal. Kalau beruntung kita bisa mendapatkan tiket pulang-pergi hanya dengan Rp 600 ribuan. Supaya maksimal, jangan lupa memesan penerbangan terpagi dan kembali dengan penerbangan terakhir.

Ketika akan berangkat siapkan kartu Nomor Pokok Wajib Pajak, sebab dengan itu kita akan menghemat Rp 2,5 juta untuk fiskal. Tapi kita tetap harus membayar pajak bandara sebesar Rp 150 ribu.

Sampai Bandara Changi, masih dengan semangat berhemat, carilah Visitor Center. Jika beruntung kita bisa mendapatkan tourist pass secara cuma-cuma di sana. Kartu itu bisa digunakan untuk naik hampir seluruh kendaraan umum selama di Singapura. Kalaupun kita tidak mendapatkan tourist pass kita bisa membelinya seharga Sin$ 8, sekitar Rp 50 ribu.

Tujuan kita selama di Singapura adalah hawker center, alasannya karena murah dan menunya sangat beragam. Hawker center sangat khas di Singapura, Malaysia, dan Hong Kong. Sebuah hawker center biasanya berisi puluhan kios yang menjajakan makanan dengan harga yang terjangkau. Hampir seperti food court di mal-mal. Bedanya, hawker center biasanya terbuka dan terletak di dekat stasiun atau hunian penduduk.

Hawker center sudah ada sejak 1950an di Singapura. Para penjaja makanan jalanan berkumpul di suatu tempat untuk melayani membludaknya pendatang. Kondisi hawker center pada masa itu sangat tidak higienis, air besih untuk proses memasak dan mencuci juga sangat terbatas. Pada 1990an pemerintah Singapura mulai menata hawker center, pemerintah menekan para pengelola agar menjaga kebersihan makanan, pemerintah juga menyediakan air bersih.

***

Saatnya sarapan! Hawker center pertama yang kita kunjungi adalah Junction Food Place. Letaknya hanya 100 meter dari Stasiun MRT Aljunied ke arah Geylang, red-light district-nya Singapura. Stand makanan terbesar di hawker center itu menjual mutton soup, sup dengan isi jeroan kambing. Untuk sarapan mungkin sebaiknya kita makan prata dari salah satu kios orang India di situ, penjualnya ramah dan harganya murah, perkeping hanya Sin$ 1,20 (sekitar Rp 8.000) sudah pakai telur.

Untuk menemani prata yang nikmat dan mengenyangkan, pesanlah kopi seharga 90 sen (Rp 6.000) di kios yang yang berada di tengah hawker center itu. Sarapan yang sempurna. Jangan lupa bawa tisu, hawker center ini tidak menyediakannya, juga di dua hawker center yang akan kita kunjungi berikutnya.

***

Untuk makan siang, cobalah ke Lau Pa Sat, hawker center yang sangat terkenal ini berada di Raffles, jantung distrik bisnis Singapura. Bangunannya bergaya Victoria yang sangat mencolok karena paling rendah di antara gedung-gedung pencakar langit di sekitarnya.

Makanan di Lau Pa Sat jauh lebih lengkap dari Junction Food Place, kita bisa mendapatkan satay, chicken rice, popiah (spring rolls), fish ball soup, char kway teow, laksa dan lainnya. Jangan khawatir, harganya tidak ada yang melebihi Sin$ 5 (sekitar Rp 35 ribu).

Untuk minumnya pilihlah mango milk ice yang sangat segar. Minuman seharga Sin$ 2,5 (sekitar Rp 17.500) ini terbuat dari potongan mangga, sirup mangga, susu, dan es serut.

Sambil menunggu waktu makan malam, pergilah ke Chinatown, nikmati hiruk pikuk di sana: penjaja perkakas yang berteriak-teraiak atraktif dengan bahasa Tionghoa, para koki berkeringat menyiapkan makanan, suasana toko elektronik yang menjual telepon seluler dan konsol permainan, gemerlap toko yang menjual alat bantu seks, juga penjaja buah dengan warna-warni segar di pinggir jalan. Tidak ada pengemis, yang paling menyerupai hanya seorang bapak Cina tua yang menjajakan tisu dengan mengiba-iba di pintu keluar stasiun MRT Chinatown.

Nikmati pancake durian seharga Sin $1,20 (sekitar Rp 8.000). Makanan ini sebetulnya daging durian asli yang hanya dibungkus sekadarnya dengan kulit crepes. Rasanya memang hanya seperti makan durian, kulit crepesnya nyaris tanpa rasa, tapi setidaknya membuat tangan kita tidak lengket terkena daging buah durian. Nikmati dengan segelas kopi seharga 90 cent (Rp 6.000).

***

Untuk makan malam, kita naik MRT menuju stasiun City Hall, dari situ kita jalan santai sepanjang CityLink Mall yang berisi deretan toko-toko yang menjual barang-barang bermerk dan restoran-restoran mahal (kita tidak akan makan di situ). Mal yang berada di bawah tanah ini menghubungkan stasiun City Hall dengan empat mal lain: Raffles City, Marina Square, Suntec City, dan Millenia Walk. Kita terus berjalan kira-kira 10 menit sepanjang Citylink Mall yang berujung pada The Esplanade.

Tujuan makan malam kita adalah sebuah hawker center yang rada elite, Makansutra Glutton's Bay. Elite mungkin karena tempatnya lebih rapi dan berada pada sisi The Esplanade, harganya masih relatif terjangkau.

Makanan yang ditawarkan kios-kios di Makansutra sangat beragam. Tapi yang sangat menarik adalah Or Luak (omelet kerang) yang pada weekdays dijual seharga Sin$3 (Rp 21 ribu). Desert-nya dijual dengan harga yang sama yaitu berupa kaya toast dan kopi. Makansutra Glutton's Bay buka dari sore hingga dini hari.

***

Tapi ingat, jangan bersantai terlalu lama setelah gigitan roti bakar terakhir habis, kita masih harus mengejar pesawat ke Jakarta. Petualangan seru bagi pekerja kantoran Jakarta selesai dengan sempurna.

2 komentar:

  1. wih, ga nyangka bakal ada laporannya di sini :D
    jadi pgn jalan2 jg.
    btw, jd ke spore-nya sbnernya berapa hari pun?

    BalasHapus
  2. 3 hari ey, tapi disuruh cerita sehari aja. Ke London aja Ey cuma 1,4jt via KL. Mulai 10 januari 2010. www.airasia.com. Yuk

    BalasHapus